Penjara Tahta

Penjara Tahta. Berebut Tahta, sungguh seperti berebut sampah. Kecuali bagi mereka yang mampu memilah jiwanya, sebagai hamba, khalifah, pemimpin, bagi ummat dan bangsa. Bukan bagi diri dan golongan. (Bila dihitung dengan quick count ruhani, mana ada dari mereka?)

Orang yang mewujudkan kehambaan, pada saat yang sama meraih kekhalifahan, bukan tahta. Tetapi banyak berebut kekhalifahan, sedangkan fondasi kehambaannya keropos dalam rapuh reruntuhan. Akhirnya sebuah titik yang dituju, hanya Tahta.

Tahta akhirnya jadi penjara. Karena hati terpenjara di sana. Kecuali Tahta Ilahi dalam hatimu, yang menafikan segala hal selain Dia. Sebab selain Dia manakala bertahta di hatimu, anda telah memasuki kegelapan yang menyiksa.

Hatimu menangis setiap saat dalam penjara. Airmata bagai sungai begitu deras menghantam sudut sesal dan harapan. Sesal atas Tahta Ilahi yang kau tenggelamkan dengan air mata dunia. Harapan yang kau impikan dalam sisa usia.

Mereka yang mewujudkan kehambaannya, pastilah mampu menjadi penggembala atas kebinatangan dan hewan-hewan ambisi politiknya, agar binatang-binatang itu bisa dikandangkan, atau digembala dengan aturan hukum. Penggembala Ilahiyah adalah mereka yang sudah terbebaskan dari kebinatangannya sendiri.
Sayangnya, betapa banyak gembala-gembala itu ternyata adalah harimau-harimau, singa-singa ganas, yang memegang tongkat dan bendera, yang bergambar simbol negara atau simbol agama. Masya Allah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar