Dapur Sufi


Dapur Sufi
Anda lupa ya? Dari mana asal anda, sekarang dengan siapa, saat ini di mana, lalu mau kemana? Kemana itu bersama siapa? Untuk apa dan siapa? Lalu bersandar dengan siapa?
Hari-hari berlalu. Ya biar berlalu. Kini menjalani garis TakdirNya, dan Esok? Tidak perlu takut. Jika sesekali nafas anda terasa sesak, kepala anda terasa penat dan pusing, jiwa anda mau muntah dengan kemuakan duniawi? Atau dada masuk angin oleh badai syahwat dan nafsu?

Coba anda memulai membuat menu¬menu di dapur jiwa anda, meracik obat sendiri jika bisa, kalau tidak bisa jangan coba-coba. Karena obat hati itu lebih pelik, lebih rahasia, dibanding obat tubuh kita yang bisa diukur oleh alat medis dan prakiraan dokter.

Sekadar contoh,jika ingin menguatkan stamina rohani: Menu dan ramuannya: Puasa, ditambah harapan terhadap rahmat dan fadholNya, diaduk dengan istighfar,alu dimasukkan dalam gelas kerelaan dan kepasrahan. Di juz dengan alat yang digerakkan oleh dzikrullah. Minumlah dengan bibir rindu dan rasa cinta.
Jika anda jenuh dan muak, lalu anda dipenuhi kekecewaan Bikinlah ramuan yang menunya terdiri dari biji-biji taubat, dicampur dengan garam kesadaran, lalu beberapa sendok air mata penyesalan. Lalu jemur dulu dengan matahari ma'rifatmu, dengan sinar hikmah dan pengetahuan, lalu dipanggang di atas semangat dan kesabaran. Insya Allah Joss.

Bila hatimu mules, bikinlah ramuan dengan menu: Air Puasa untuk mencuci dan membersihkan kotoran nafsu, setelah itu dicampur garam keridloan, dan biji-biji yang tumbuh dari pohon ma'rifat dicampur dengan, bunga-bunga harapan pada rahmatNya.

Aduklah dengan kesabaran dan tafakur Minumlah dengan gelas keiikhlsan. Mau coba?

Dari guruku Bambang Polosoro

Penjara Tahta

Penjara Tahta. Berebut Tahta, sungguh seperti berebut sampah. Kecuali bagi mereka yang mampu memilah jiwanya, sebagai hamba, khalifah, pemimpin, bagi ummat dan bangsa. Bukan bagi diri dan golongan. (Bila dihitung dengan quick count ruhani, mana ada dari mereka?)

Orang yang mewujudkan kehambaan, pada saat yang sama meraih kekhalifahan, bukan tahta. Tetapi banyak berebut kekhalifahan, sedangkan fondasi kehambaannya keropos dalam rapuh reruntuhan. Akhirnya sebuah titik yang dituju, hanya Tahta.

Tahta akhirnya jadi penjara. Karena hati terpenjara di sana. Kecuali Tahta Ilahi dalam hatimu, yang menafikan segala hal selain Dia. Sebab selain Dia manakala bertahta di hatimu, anda telah memasuki kegelapan yang menyiksa.

Hatimu menangis setiap saat dalam penjara. Airmata bagai sungai begitu deras menghantam sudut sesal dan harapan. Sesal atas Tahta Ilahi yang kau tenggelamkan dengan air mata dunia. Harapan yang kau impikan dalam sisa usia.

Mereka yang mewujudkan kehambaannya, pastilah mampu menjadi penggembala atas kebinatangan dan hewan-hewan ambisi politiknya, agar binatang-binatang itu bisa dikandangkan, atau digembala dengan aturan hukum. Penggembala Ilahiyah adalah mereka yang sudah terbebaskan dari kebinatangannya sendiri.
Sayangnya, betapa banyak gembala-gembala itu ternyata adalah harimau-harimau, singa-singa ganas, yang memegang tongkat dan bendera, yang bergambar simbol negara atau simbol agama. Masya Allah!

Hanya Engkau Saja

Hanya Engkau Saja…
Wahai Kekasih Hati…
Engkau lah pemilik hati yang rapuh ini, Maha mengetahui dengan pasti apa yang terucap dan tak tersampaikan
Ketika malam terlalu pekat, suara jangkrik pun menghilang, dalam kesepian teramat mencekam, Engkau saja yang selalu setia menemani hati ini.
Dalam kegelisahan jiwa, hanya wajah teduh Mu yang mempu mengusir segala kebimbangan dan ketidakpastian.

Wahai Maha Perkasa…
Jika kaki ini lemah, tak mampu mengayunkan langkah, siapa lagi yang mambantu? Ketika tangan ini terkulai tak kuasa menggerakkan tasbih Agung-Mu, kemana lagi hamba akan mengadu?
Ketika perjalanan ini sampai ke dinding terjal, dibelakang di penuhi buaya, siapa lagi yang mampu mengangkat kepuncak dengan Selamat?
…Hanya Engkau saja Wahai Kekasih Hati.
Wahai Maha Penolong…
Engkau telah kuatkan jiwa dan raga hamba selama ini, hanya dengan kekuatan-Mu hamba bisa menjadi berdaya kembali.
Berilah keselamatan dan kesejahteraan kepada para kekasih-Mu, hamba-hamba Mu yang selalu memuja dalam kesunyian dan keramaian.
Kuatkan iman hamba ya Tuhan, kuatkan hati hamba ya Rabbi, kuatkan jiwa hamba wahai pemilik Jiwa…
Ampuni segala dosa hamba ya Tuhan, dosa yang sengaja maupun yang tak hamba sadari…
Tetap lah Engkau selalu di hati selamanya karena tak ada lagi pintu yang akan ku ketuk hingga ajal tiba
Hari ini… ketika raga tak sampai, maka izinkan rindu dan air mata ini mewakili rasa cinta mendalam yang tak lapuk di panas dan tak lekang di waktu…
Izinkan Perasaan mendalam ini terbang bersama hembusan angin, bersama hangatnya mentari, bersama getaran suci-Mu hingga sampai kehadirat-Mu ya Rabbi dan dirasakan juga oleh para kekasih-Mu yang Mulia.